Manusia dan Tanggung Jawab

Manusia dan Tanggung Jawab (Pengertian Pengabdian)

Perjuangan dan Pengabdian Guru di Daerah Terpencil

Hanya segelintir orang yang mau dan bisa hidup dalam dunia yang serba terbatas. Tapi, tidak bagi para guru-guru yang mendidik para pelajar di daerah-daerah terpencil, seperti guru-guru yang mengajar di SDN Tumpakrejo 10 Kecamatan Kalipare. Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka mau mengorbankan sebagian kehidupannya untuk menggodok anak-anak bangsa untuk memperoleh pendidikan yang wajar dan berkualitas.

Kabupaten Malang masih memiliki 105 desa terpencil yang membutuhkan perhatian khusus dari Pemkab Malang. Di desa terpencil itu banyak memiliki sekolah-sekolah yang terpencil pula yang kondisinya sangat mengenaskan dengan segala keterbatasannya. Salah satunya di SDN Tumpakrejo 10 Kecamatan Kalipare. Untuk menempuh lokasi SDN Tumpakrejo 10 harus melalui jalan rusak, mirip dengan makadam sekitar tiga kilometer. Dari pusat desa jaraknya sekitar empat kilometer. Jalan naik turun, khas daerah perbukitan semakin membuat sulit untuk mencapai sekolah yang berada di Jurang Dandan itu.
Di sekolah itu, hanya ada dua bangunan yang digunakan untuk belajar. Satu kelas dengan ukuran sekitar 7 meter x 6 meter untuk empat kelas dan satu ruang ukuran sekitar 2,5 meter x 3 meter untuk dua kelas. Ada sekitar 50 siswa yang belajar dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah guru sebanyak 6. 2 guru PNS dan sisanya guru GTT yang diminta membantu mengajar di sekolah kategori kecil itu. Jika ada try out kelas 6, tiga kelas praktis harus belajar di ruang kelas dengan menggelar alas.
Dua guru GTT intens mengajar di SDN Tumpakrejo 10, Vinis Estianingsih dan Lailatul Ulfa. Dua lainnya, mengajar juga di sekolah lain. Karena intensitas mengajarnya tidak full dalam satu minggu.
Vinis Estianingsih, salah satu guru GTT yang paling lama mengajar di SDN terpencil itu. Lokasi rumahnya berjarak 2 kilometer dari sekolahnya. Meski hanya 2 kilometer, tapi medan yang harus dilaluinya sangat berat dengan sepeda motor yang dikendarainya. Jalan rusak dengan batuan yang terjal. Hal itu sudah dilakoninya sejak tahun 2005 lalu hingga saat ini.
Meski harus melalui medan berat, Vinis tetap semangat untuk terus menggodok anak-anak bangsa untuk memperoleh pendidikan yang wajar dan berkualitas. Mereka butuh terus ditingkatkan kualitas dan profesionalismennya serta terus digelorakan semangatnya menghadapi tugasnya di daerah terpencil.
Bahkan, Vinis pernah terjatuh dari sepedanya karena jalan yang licin setelah hujan. Kakinya sempat terkilir dan seragamnya basah karena terkena lumpur. Dengan seragam yang basah dipenuhi lumpur, Vinis tetap berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, dia sempat nangis melihat siswanya yang menunggu di sekolah untuk diajar. Mengetahui kondisi gurunya yang berlumuran lumpur, para siswanya berusaha membantu sang guru tercintanya. Mereka ikut membersihkan Lumpur yang ada di pakaian Vinis dengan memandikan bersama. Saking terharunya, Vinis beruraian air mata.
“Saya sempat dimandikan anak-anak. Itu yang membuat saya terharu. Mereka perhatian terhadap gurunya. Ini yang membuat saya tetap berjuang di sekolah terpencil ini,” ujar Vinis sambil menitikan air matanya.
Perjuangan yang dilakukannya tidak setara dengan apa yang diterimanya. Setiap  bulannya dengan jadwal mengajar mulai senin sampai Sabtu, Vinis hanya mendapatkan bayaran Rp 100 ribu per bulan. Itupun diberikan tiga bulan sekali yang diambilkan dari dana BOS.
“Mereka itu tidak dibayar. Karena hanya Rp 100 ribu per bulan. Mereka itu guru-guru yang benar-benar mengabdi dan berjuang untuk generasi mendatang,” ujar Kepala SDN Tumpakrejo 10, Sariyem Binti Yahya.
Hal yang sama juga dilakoni, Lailatul Ulfa. Guru GTT yang sudah mengajar selama delapan bulan tergerak hatinya untuk membantu mengajar di SDN Tumpakrejo 10 itu. Mahasiswa salah satu PTS di Kota Malang itu mengabdikan dirinya dengan mengajar di SDN terpencil. Alasannya, dia trenyuh melihat semangat anak-anak desa untuk belajar. Lokasi rumah dengan sekolahnya sekitar 4 kilometer dengan medan yang sangat berat.
“Kami semua terharu dengan semangat anak-anak belajar. Awalnya, di SDN ini kekurangan guru untuk mengajar anak-anak,” terang Ulfa.
Kepastian dan kem`ntapan hidup guru daerah terpencil perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh dengan patokan standar hidup yang layak di daerah terpencil. Kesejahteran guru, tidak hanya PNS, non PNS (honorer dan swasta) pun perlu mendapat perhatian, sehingga tidak hanya alasan pengabdian saja, keberuntungan pun mereka dapatkan dari tujuan mereka hidup yang hakiki.

Diposkan oleh Aditiyawarman, S.Pd. di 16:45

Pendapat Saya :

Seperti yang kita ketahui bahwa pengabdian merupakan hal yang sangat peting dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi tidak semua orang mampu dan bisa mengabdi. Karena menurut saya, suatu pengabdian membutuhkan keihklasan dari hati nurani. Pengabdian bukan sekedar mengabdi tetapi juga dilihat dari jiwa dan raganya. Pengabdian merupakan suatu sikap dan perbuatan yang didasarkan pada kesungguhan hati untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain.

Kita bisa lihat suatu pengabdian yang saya pikir sangat luar biasa seperti pada artikel di atas. Dimana seorang guru mengajar di daerah terpencil. Hal tersebut tentu tidaklah mudah. Banyak hal-hal sulit yang tidak didapatkan oleh guru di daerah perkotaan. Di daerah terpencil banyak sekali kesulitannya seperti misalnya jarak tempuh yang jauh, medan yang sulit untuk ditempuh, ruang mengajar yang kurang bahkan tidak nyaman serta kesulitan-kesulitan lainnya. Dibutuhkan seseorang yang benar-benar memiliki jiwa mengabdi yang kuat.

Apa yang dilakukan oleh guru yang mengajar di daerah terpencil tersebut sangat harus diapresiasi dan sangat layak untuk dicontoh. Dengan segala kemampuannya, guru tersebut mengajar dan ingin memberikan ilmu kepada murid-muridnya. Guru tersebut ingin mencerdaskan anak-anak bangsa yang mana anak-anak bangsa merupakan calon pemimpin di masa depan. Dengan ilmu dan pengetahuan yang diberikan, guru tersebut sangat ingin murid-muridnya berguna bagi bangsa dan Negara.

Dengan segenap jiwa dan raga, guru tersebut mengabdikan dirinya demi kepentingan bersama. Dan saya yakin apa yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan sesuatu hal yang benar-benar sangat mencerminkan sifat manusia yaitu sebagai makhluk sosial yang harus saling membantu. Banyak anak-anak di negeri ini yang tidak mendapatkan pendidikan. Dan saya harap pendidikan di Indonesia semakin merata dan berkembang. Tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah terpencil agar setiap anak dipelosok negeri ini mendapatkan pendidikan yang layak. Semoga semakin banyak orang yang mau mengabdikannya dirinya untuk kepentingan bersama dan untuk kepentingan bangsa dan Negara dengan kesungguhan hati.

Tinggalkan komentar